Aminatun, Aminatun (2016) REKONSTRUKSI SEJARAH MASJID CHENG HO TERHADAPKLENTENG SAM POO KONG DI GEDUNG BATU SEMARANG. Undergraduate thesis, Fakultas Agama Islam UNISSULA.
|
Text
COVER.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (1MB) | Preview |
|
Text
BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
||
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
||
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
||
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
||
Text
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
||
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Masjid Cheng Ho merupakan salah satu peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang, tepatnya di Desa Simongan. Bangunan Masjid Cheng Ho pertama kali dibangun oleh Cheng Ho beserta awak kapal lainnya untuk menyebarkan agama Islam di Semarang. Sembari menyebarkan agama Islam, Cheng Ho dan awak kapal lainnya juga berdagang sambil memperkenalkan budaya-budaya Tiongkok kepada penduduk pribumi setelah beberapa tahun sebelumnya Tiongkok mengalami masa kegelapan karena penguasa-penguasa tiran. Kaisar Zhu Di (Dinasti Ming) memilih Cheng Ho sebagai admiral untuk memimpin pelayaran ke berbagai negara untuk tujuan politik dan berdagang. Pelayaran pertama (1405-1407) Cheng Ho mengunjungi kerajaan-kerajaan (Samudera Pasai, Tuban, Cirebon) di Nusantara, dan memberikan hadiah kepada kerajaan-kerajaan yang dikunjunginya. Adapun salah satu peninggalannya adalah Masjid Cheng Ho di Gedung Batu Semarang yang saat ini telah berubah menjadi Klenteng Sam Poo Kong. Perubahan menjadi klenteng setelah beberapa tahun lamanya Masjid Cheng Ho sempat tidak terawat dan akibat angin ribut yang melanda. Melihat kejadian itu, orang-orang Tionghoa di Semarang membangun kembali Masjid Cheng Ho. Karena Cheng Ho dianggap sangat berjasa oleh mereka, kemudian dibangunlah Klenteng Sam Poo Kong untuk menghormati Laksamana Cheng Ho. Penulis berargumen bahwa perubahan Masjid Cheng Ho menjadi Klenteng Sam Poo Kong karena keyakinan orang-orang keturunan Tionghoa terhadap leluhur. Klenteng Sam Poo Kong dibangun adalah untuk menghormati leluhur Cheng Ho, di sisi lain untuk meminta berkah. Dengan melakukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan, penulis berusaha meneliti tentang bagaimana Masjid Cheng Ho berubah fungsi menjadi Klenteng Sam Poo Kong. Satu tempat tetapi memiliki sisi fungsi yang berbeda, yaitu Masjid Cheng Ho untuk menyebarkan agama Islam dan Klenteng Sam Poo Kong untuk menyembah leluhur Cheng Ho. Alat analisis yang digunakan adalah rekonstruksi yang lebih menekankan pada sejarah. Metode yang digunakan adalah metode historis yang meliputi diskriptif, interpretatif, dan analisis kritis. Banyak sekali para wisatawan yang tidak mengetahui tentang sejarah ini. Bahkan sebagian wisatawan yang mengetahuinya hanya sebatas pada kemahiran Cheng Ho dalam berdagang dan berlayar. Sedangkan tentang penyebaran Islam yang Cheng Ho lakukan serta bangunan masjid yang ia tinggalkan hanya sebatas menjadi sejarah yang berdebu. Apalagi karena Masjid Cheng Ho saat ini telah menjadi Klenteng Sam Poo Kong, tentunya peninggalan Laksamana Muslim tersebut semakin tidak tercium, meskipun Klenteng tersebut dibuka untuk semua umat beragama yang hendak melakukan ziarah. Namun kegiatan ziarah tersebut khususnya umat Konghuchu telah menutupi bangunan asli peninggalan Cheng Ho, yaitu masjid. Kata Kunci: Rekonstruksi, Masjid Cheng Ho, Klenteng Sam Poo Kong.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc |
Divisions: | Fakultas Agama Islam Fakultas Agama Islam > Sejarah dan Kebudayaan Islam |
Depositing User: | Pustakawan 1 UNISSULA |
Date Deposited: | 12 Aug 2016 04:32 |
Last Modified: | 12 Aug 2016 04:32 |
URI: | http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/4334 |
Actions (login required)
View Item |