Ratnasari, Vina (2016) PERBEDAAN KEJADIAN CYSTOID MACULAR EDEMA PASCA OPERASI KATARAK ANTARA TEKNIK ECCE DAN TEKNIK FAKOEMULSIFIKASI - Studi Observasional Analitik Pada Pasien Katarak di Semarang Eye Center Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang & Rumah Sakit Umum William Booth Semarang Periode Januari 2013 - Juni 2015. Undergraduate thesis, Fakultas Kedokteran UNISSULA.
|
Text
abstrak_1.pdf Download (102kB) | Preview |
|
|
Text
cover_1.pdf Download (704kB) | Preview |
|
|
Text
daftar isi_1.pdf Download (114kB) | Preview |
|
Text
bab I_1.pdf Restricted to Registered users only Download (109kB) |
||
Text
bab II_1.pdf Restricted to Registered users only Download (201kB) |
||
Text
bab III_1.pdf Restricted to Registered users only Download (187kB) |
||
Text
bab IV_1.pdf Restricted to Registered users only Download (198kB) |
||
Text
bab V_1.pdf Restricted to Registered users only Download (101kB) |
||
|
Text
daftar pustaka_1.pdf Download (250kB) | Preview |
Abstract
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia, kondisi tersebut dapat dikelola melalui pembedahan. Beberapa teknik bedah yang sekarang digunakan yaitu IntraCapsular Cataract Extraction (ICCE), Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE), Small Incision Cataract Surgery (SICS), dan fakoemulsifikasi (Fako). Cystoid Macular Edema (CME) merupakan salah satu komplikasi bedah katarak tersering yang muncul terlambat dan menyebabkan terbatasnya perbaikan tajam penglihatan. Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan kejadian Cystoid Macular Edema pasca operasi katarak antara teknikECCE dan teknik fakoemulsifikasi. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan case control. Sampel penelitian yaitu 94 mata yang telah dilakukan operasi katarak senilis di RSI Sultan Agung Semarang dan RSU William Booth Semarang periode Januari 2013-Juni 2015, terdiri atas pasien yang dioperasi dengan teknik fakoemulsifikasi dan ECCE.Penegakan diagnosis CME klinis umumnya 4-12 minggu setelah operasi katarak yang tercatat pada dokumen rekam medis berdasarkan pemeriksaan FFA (Fundus Angiografi Fluorescein) atau OCT (Optical Coherence Tomography). Uji chi square digunakan sebagai alat analisis data. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik insidentalsampling jenis consecutive sampling. Hasil uji chi square diperoleh nilai p value sebesar 0.003 (p<0.05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara teknik operasi katarak dengan kejadian CME, nilai odds ratio sebesar 4.760. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan insiden CME pada pasien pasca operasi katarak dengan teknik ECCE berisiko lebih tinggi secara klinik daripada teknik Fakoemulsifikasi. Kata kunci: Cystoid Macular Edema, Fakoemulsifikasi, Extra Capsular Cataract Extraction
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: | Fakultas Kedokteran Fakultas Kedokteran > Pendidikan Dokter dan Program Profesi Dokter |
Depositing User: | Pustakawan Reviewer UNISSULA |
Date Deposited: | 20 Sep 2016 06:53 |
Last Modified: | 20 Sep 2016 06:53 |
URI: | http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/5092 |
Actions (login required)
View Item |