AUGUSTINI, NURI (2015) GAMBARAN MUKOSITIS ORAL PADA PASIEN RADIOTERAPI KANKER NASOFARING Studi terhadap pasien yang baru menjalani radioterapi kanker nasofaring di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Undergraduate thesis, Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA.
|
Text
Cover_1.pdf Download (182kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi_1.pdf Download (161kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak_1.pdf Download (6kB) | Preview |
|
|
Text
5. Daftar Pustaka.pdf Download (174kB) | Preview |
Abstract
Kanker nasofaring merupakan salah satu jenis kanker kepala dan leher yaitu tumor ganas pada bagian nasal dan faring yang berasal dari sel epitel nasofaring. Kanker nasofaring dapat diobati dengan radioterapi. Radioterapi dapat mematikan sel-sel tumor dengan cara merusak materi genetik DNA dan apabila radioterapi dilakukan dalam dosis yang tinggi secara bertahap dan berulang-ulang menyebabkan efek samping. Efek samping tersebut memiliki efek negatif secara tidak langsung pada sel normal rongga mulut yaitu timbulnya mukositis oral. Mukositis oral merupakan lesi yang ditandai dengan lapisan putih kekuningan, berbentuk difus, eritema pada permukaan mukosa dan disertai dengan rasa sakit yang timbul selama menjalani radioterapi kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan tingkat keparahan mukositis oral setelah dilakukan radioterapi kanker nasofaring. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan terjadinya mukositis oral saat menjalani radioterapi kanker nasofaring. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien yang baru menjalani perawatan radioterapi kanker nasofaring di instalasi radioterapi RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-April 2015. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan derajat tingkat keparahan mukositis oral pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat menjalani radioterapi kanker nasofaring. Hasil penelitian menunjukan bahwa mukositis oral banyak muncul pada minggu ketiga yang terjadi paling banyak terjadi pada bagian retromolar pad. Hal ini dapat terjadi karena pada daerah tersebut mengenai daerah yang terpapar radiasi yaitu bucal dextra dan sinistra. Bagian yang terpapar radiasi inilah yang memiliki saliva flow yang rendah. Saliva flow yang rendah menyebabkan xerostomia sehingga daerah retromolar pad memiliki self cleansing yang kurang dan menyebabkan terjadi mukositis oral. Derajat mukositis oral dapat berkembang naik, persisten ataupun turun (sembuh). Hal tersebut dipengaruhi atas jenis kelamin, kebersihan rongga mulut yang buruk, penurunan produksi saliva, status nutrisi yang buruk, tipe atau tahap kanker yang lanjut, daerah yang diradiasi, dan dosis total yang terlalu tinggi. Pada penelitian ini menunjukan bahwa gambaran mukositis oral pada minggu pertama belum terlihat, gambaran mukositis oral pada minggu kedua dengan rata-rata 0,3, gambaran mukositis oral pada minggu ketiga dengan rata-rata 1,5 dan gambaran mukositis oral pada minggu keempat dengan rata-rata 1,5. Kata kunci : Kanker Nasofaring, Radioterapi, Mukositis oral
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RK Dentistry |
Divisions: | Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi > Pendidikan Dokter Gigi |
Depositing User: | Pustakawan Reviewer UNISSULA |
Date Deposited: | 16 Feb 2016 06:12 |
Last Modified: | 16 Feb 2016 06:12 |
URI: | http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/3076 |
Actions (login required)
View Item |