YUNENDAR, BRIAN (2023) IMPLIKASI YURIDIS TERHADAP PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENGGELAPAN UANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Bekasi No. 474/Pid.B/2021/PN.Bks). Masters thesis, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Text
pernyataan_publikasi.pdf Restricted to Registered users only Download (144kB) |
|
Text
21302100009_fullpdf.pdf Download (1MB) |
Abstract
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun. Namun sering kali terjadi PPAT melakukan hal diluar kewenangannya, salah satunya sebagai pihak yang menerima penitipan pembayaran BPHTB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi yuridis dan tanggung jawab PPAT dalam hal menerima penitipan pembayaran pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), lalu dikaitkan dengan teori yang sesuai agar dapat menarik kesimpulan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode pendekatan dalam penulisan ini adalah yuridis normatif, spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Sumber data menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan atau studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam hal penyetoran biaya BPHTB pada dasamya disetor oleh para klien PPAT, namun dalam praktiknya sering ditemui bahwa PPAT banyak dipercaya oleh para klien untuk membayarkan BPHTB dari kliennya. Terkait hal ini, peraturan perundang-undangan tidak mengatur mengenai kewenangan seorang PPAT pembuat akta tanah untuk membayarkan pajak jual beli tanah dari kliennya, namun jika para klien memberikan kuasa kepada PPAT yang bersangkutan untuk mewakili untuk membayarkan pajak jual beli tanah yang berupa BPHTB ke kas negara, maka PPAT yang bersangkutan pada dasarnya tidak mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pembayaran tersebut. Sehingga terjadi penggelepan pembayaran pajak BPHTB kepada PPAT. Bagi PPAT yang melakukan penyelewengan kekuasaan tersebut, maka akibat tindakan tersebut PPAT harus dapat melakukan pertanggungjawaban dan dikenai sanksi pidana yang tepat oleh majelis hakim yaitu Pasal 372 dan/atau 374 KUHP dan/atau Pasal 4,5,6 UU RI. No.8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pasal 55 ayat 1 KUHP. Kata Kunci : PPAT, BPHTB, Pajak, Kewenangan, Pertanggungjawaban.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | K Law > K Law (General) |
Divisions: | Pascasarjana Pascasarjana > Magister Kenotariatan |
Depositing User: | Pustakawan Reviewer UNISSULA |
Date Deposited: | 25 Aug 2023 03:03 |
Last Modified: | 25 Aug 2023 03:03 |
URI: | http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/30758 |
Actions (login required)
View Item |